Fibonacci Retracement

Fibonacci adalah nama panggilan seorang ahli matematika Eropa abad pertengahan bernama asli Leonardo Pisano Fibonacci

Sekedar intermezo, pada tahun 1240 seorang pria bermana Leornardo Pissano Fibonacci berhasil memecahkan sebuah pertanyaan mengenai matematika klasik seputar kelici. Pertanyan tersebut berbunyi :
“Seorang pria menempatkan sepasang Kelinci pada sebuah tempat yang dikelilingi oleh tembok sehingga terisolasi oleh dunia luar. Berapa pasang kelinci yang dihasilkan apabila sepasang kelinci menghasilkan sepasang kelinci lainnya yang juga akan produktif pada bulan berikutnya dan demikian seterusnya?”
Namun Fibonacci berhasil memecahkannya dengan membuat sebuah deret yang dikenal sebagai deret Fibonacci.
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144...
Dari deret itulah terlahir sebuah bilangan yang hingga saat ini dikenal sebagai Golden ratio ( rasio emas ). Ia menemukan bahwa banyaknya bentuk indah di alam yang memiliki angka-angka rasio tertentu. Angka rasio yang paling sering muncul adalah 1:1.618. Coba Anda berdiri dan ukur jarak dari ujung kepala ke pusar Anda, lalu kita ukur jarak dari pusar Anda ke lantai. Jika bentuk tubuh anda cukup proporsional, perbandingan keduanya adalah1:1.618, kurang lebih. Bahkan rasio emas trsebut pernah dituangkan dalam sebuah maha karya Da vinci yang berjudul Virtuvian Man.
Berkaitan dengan rasio tersebut, para teknikalis (chartist) atau trader yang lebih berfokus pada analisis teknikal berpikir jika angka-angka rasio tersebut berlaku di alam, maka seharusnya angka-angka tersebut juga berlaku untuk pergerakan harga pasar. Lalu muncullah sebuah indikator yang disebut dengan Fibonacci Retracement.
Sederhananya, Fibonacci retracement bisa digunakan untuk menentukan support maupun resistance dari pergerakan harga. Coba perhatikan gambar grafik berikut ini:
Jika kita perhatikan, meskipun pergerakan harga berada dalam uptrend, namun ia tak pernah bergerak dalam satu garis yang benar-benar lurus. Selalu ada “pembalikan-pembalikan” kecil yang sering kita istilahkan dengan “koreksi” atau “swing”. 
Untuk mengukur sejauh mana koreksi itu diperkirakan terjadi maka digunakanlah Fibonacci Retracement. Dalam trading, level Fibonacci retracement yang merupakan level kunci adalah 38.2%, 50%, 61.8%. Terkadang, level 76.4% juga dijadikan referensi.
Cara penggunaan Fibonacci retracement ini adalah dengan cara menarik garis dari titik “swing high” ke “swing low” atau sebaliknya. Untuk menjelaskan masalah “swing” ini lebih mudah dengan menggunakan gambar berikut ini:
Pada pergerakan naik, harga biasanya bergerak dari titik A (=swing low) menuju titik B (=swing high). Fibonacci retracement dapat kita tarik dari titik A ke titik B. Turunnya harga (koreksi) paling dekat diperkirakan hingga ke level 38.2%, target berikutnya adalah level 50%, dan level kuncinya adalah di 61.8%. Dengan kata lain, koreksi terjauh kita harapkan hingga area 61.8% (titik C pada gambar).
Dalam prakteknya kita akan sering menemukan bahwa koreksi terjauh ada pada area 61.8%, dan pada area tersebut kita dapat bersiap untuk entry posisi. Artinya, kita bisa bersiap-siap melakukan BUY apabila harga telah mencapai level 61.8% (titik C) setelah turun dari titik B. Targetnya adalah titik D (0.0%) dan batasan resikonya adalah di level 100%.
Sedangkan pada pergerakan turun, Fibonacci retracement kita tarik dari swing high ke swing low. Level-level retracement-nya sama dengan gambar sebelumnya, hanya saja posisinya terbalik. Agar lebih jelas, bisa kita lihat pada gambar berikut:
Dalam keadaan ini, kita bisa melakukan SELL di titik C. targetnya adalah titik D, sementara batasan resikonya di Fibonacci level 100%.
Berikut ini adalah contoh penerapannya pada grafik:
Meskipun demikian, tidak berarti kita hanya boleh melakukan sell atau buy di level 61.8% saja. Terkadang, di level 76.4% pun kita masih bisa melakukan buy atau sell.

sumber : http://edukasiforex.com

Popular Posts